♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥
Seorang sahabat menceritakan
perjalanan kehidupannya yang sangat pahit kepadaku, terlebih dahulu aku
mengucapkan banyak terimakasih buat ceritanya yang sudah menginspirasiku. semoga kisah ini bermanfaat untuk sahabat semua. Aamiin... Inilah kisahnya :
Aku takut ... Keluargaku tergolong ekonomi lemah. Mamaku telah pergi ke
luar kota untuk tinggal dengan kakak pertamaku. Dirumah aku tinggal
dengan ayahku yang kerjaannya hanya mabuk dan tidur, memang ayah tidak
pernah macam-macam padaku, sementara dua adik laki-lakiku jarang ada
dirumah.
Sebelum mama pergi keluar kota, rumah kecil yang
kami tempatin di kontrakkan pada calon mahasiswa sebuah universitas,
kulitnya hitam legam, dan baunya tidak enak, memang dia orang mampu,
hanya saya takut dengan orang itu, yang kerjaannya tiap hari minum
minuman keras. Aku sekarang tinggal dirumah bersama 4 orang laki-laki.
Dengan ruangan yang sempit, tidurpun harus bersama dan hanya dibatasi
oleh lemari pendek saja. Kadang saya merasa risih.
Sudah 1 bulan mama diluar kota, dan menghubungiku hanya beberapa kali, dapat dihitung dengan jari.
Satu waktu mamaku nelpon, mama bilang...
...."De, kalau kurang uang minta aja ama Bang Moko, segala keperluan
ade dia yang nanggung, mama gakan kasih uang kiriman lagi. Kamu harus
menuruti semua keinginan Bang Moko,jangan malu-maluin mama".. Tanpa
menanyakan kabarku, adik-adikku, dan ayahku. Sedih dan bingung rasanya
dan sampai sekarang aku ga mengerti maksud perkataan mamaku di telpon
tadi.
Tak lama setelah mama nelpon, Bang Moko menghampiriku,
dia merangkulku dengan erat, aku hanya bisa berteriak, Papaku malah
tersenyum di atas kursi, tak ada satupun tetangga yang lewat seperti
biasanya. Bang Moko dalam keadaan mabuk terus-terusan merangkulku dan
mengejarku, pintu rumah dikunci olehnya, ayahku malah terus tersenyum,
aku hanya bisa menangis dan menjerit. "Tuhan,,, Apa salahku?? ampuni aku
Tuhan". Sampai beberapa waktu saya terjatuh, Bang Moko berhasil
merenggut kegadisanku. Aku kaget mendengar penjelasan dari Bang Moko
kenapa melakukan hal itu terhadapku.
Dengan entengnya Bang
Moko menjawab, "hei dek, mamamu sudah menjual kamu padaku, bahkan rumah
ini sudah aku beli, sekarang mamamu gakan pernah bisa bertemu denganmu
lagi. Mamamu sudah jadi penduduk sana". Aku sangat sedih mendengar semua
itu. "Kenapa mama tinggal disana bang? kenapa mama tidak bilang
padaku?" tanyaku sambil meneteskan air mata kesakitan. "Mamamu sudah
tidak mampu membiayaimu, sementara ayahmu, kamu bisa lihat sendiri, ga
ada pemasukan untuk dia, kerjapun ga punya, dan adik-adikmu sibuk
sendiri dengan dunianya. Mamamu disana jadi PSK (Pegawai sex komersil),
orang sana pada hitam,walaupun mamamu sudah berumur, tapi banyak yang
tertarik, hahahah" jawabnya lantang kepadaku.
Semejak kejadian
itu, aku menjadi pendiam, bahkan awal mula aku berkerudung, sekarang
sudah tidak lagi, Bang Moko melarangku berkerudung. Ayahku meninggal
karena kebanyakan meminum minuman keras, sementara kedua adikku pergi
kerja keluar kota. Aku sekarang tinggal sendiri dirumah. Sementara Bang
Moko, hanya hari libur saja ke rumah dan nginap dirumah. Aku harus
melayani bang Moko seperti suamiku.
Memang dari segi materi
dia sangat perhatian. Segala kebutuhanku dipenuhinya. Namun tak jarang
juga aku mendapatkan perlakuan kasar darinya. Bahkan sering kali
kerumahku berdatangan permpuan-perempuan panggilan. aku tidak bisa
melarangnya. aku tidak punya hak apapun. perempuan itu bergantian
datang. Aku malu terhadap tetanggaku.
Dan tak lama tetanggaku
mencium bahwa rumahku dijadikan tempat maksiat. sampai suatu hari, Bang
Moko di usir dari kampung, status kemahasiswaannya dicabut oleh kampus,
dan bang Mokopun pergi ke tempat asalnya. Sekarang aku di rumah sendiri.
untuk hidup aku mencari pekerjaan jasa mencuci pakaian tetanggaku.
Alhamdulillah aku masih bisa makan dari hasil kerjaku sendiri. Walaupun
hati ini masih merasakan kesakitan yang sangat dalam. Takkan pernah ku
lupakan kejadian ini, dan mudah-mudahan tidak ada lagi orang yang
bernasib sepertiku. Kini aku telah memakai kembali jilbabku, tanpa ada
yang melarang.
Sudah 3 Minggu aku bekerja dan hidup sendiri
dirumah, tak ku sangka... aku harus menanggung satu beban lagi. Aku
Hamil!!! Tuhan.... Cobaan apa lagi yang Engkau berikan kepadaku? Apa
yang harus kulakukan? Aku hanya mampu meminta pertolongan kepada-Mu.
Kalau memang anak yang aku kandung ini bisa mengangkat nama baikku,
sehatkan dan lindungi dia sampai dia bisa melihat dunia ini, tetapi
kalau anak ini hanya memberikan beban untukku, semuanya aku serahkan
kepadamu".
Sholat malam selalu aku lakukan, dan rutinitas
pekerjaan jasa cuci terus aku jalani. Beberapa bulan kemuadian, salah
satu tetanggaku yang pakaiannya selalu aku cucikan hampir tiap hari
melihat perkembangan perutku yang terus membesar, Tetanggaku sangat
berpendidikan. Aku suka memanggilnya Bu Ratna, dia seorang Dosen di
salah satu perguruan tinggi negeri di daerah Bandung. dia mempunyai 1
orang anak namun sudah besar dan sedang melanjutkan sekolah di malaysia.
Setau aku, Bu Ratna tidak bisa hamil lagi karena dia terserang kista
dan rahimnya di angkat oleh dokter.
Dengan konsentrasi dan
terus mencuci tiba-tiba Bu Ratna memanggilku, dan Dia hanya bilang "De,
nanti setelah nyuci ke rumah sebentar ya? ada yang saya mau tanyakan?"
sapanya ramah kepadaku. "Iya bu, saya mau jemur dulu pakaian ini, nanti
saya temui ibu", jawabku dengan sedikit kebingnungan.
Setelah
beres mencuci dan menjemur semua pakean, aku langsung menemui Bu Ratna.
"ada apa Bu? ada yang harus saya kerjakan lagi?", Bu Ratna dengan ramah
hanya bilang "Enggak De, maaf sebelumnya, ibu melihat perutmu semakin
hari semakin membesar? kenapa? apa kamu hamil?" Tanyanya dengan langsung
ke topik tetapi dengan gayanya yang sangat ramah, aku terdiam beberapa
saat... dan karena aku yakin bahwa Bu Ratna orangnya sangat baik,
akhirnya aku menceritakan semua kejadian yang menimpaku. dan akupun
bilang bahwa aku hamil oleh Bang Moko yang waktu-waktu kebelakang di
gerebek dan diusir masyarakat.
Singkat pembicaraan, Bu Ratna
bilang "De, ibu hanya ingin menolong kamu, dengan sebisanya, kebetulan
anak ibu satu-satunya sudah dewasa, dan ibu tidak bisa mempunyai anak
lagi, meskipun cita-cita ibu pengen punya anak lebih dari 1 orang,tapi
kesehatan ibu kurang mendukung, ibu harap kamu tidak tersinggung dengan
ucapan ibu yang selalu langsung pada inti pembicaraan. Kalau tidak
keberatan, Ibu ingin merawat anakmu nanti kalau sudah lahir. Makannya
kamu jaga kandungan kamu, jangan samapai kenapa-kenapa dengan anakmu,
soal tetangga biar Ibu dan Suami ibu yang hadapi.
~Air mataku
tiba-tiba menetes, sedih dan haru yang aku rasakan saat itu, ucapan yang
keluar dari kata-kata Ibu ratna membuatku langsung sujud syukur..."~
*Alhamdulillah... sebelumnya makasih banyak ibu, saya benar-benar
senang mendengarnya. Saya pasti akan menjaga kandungan saya ini.
*Singkat cerita, 9 Bulan 10 Hari akupun melahirkan seorang anak
perempuan yang begitu manis, untunglah,,, mukanya tidak seperti Bang
Moko. Bu Ranta sangat senang melihat anakku lahir. sedangkan pak Edi
(Suami Bu Ratna) pun menyambut dengan ramah dan mereka telah
mempersiapkan nama untuk anak saya. Dengan meminta ijin dan persetujuan
aku, anakku diberinama "PUTRI AZ ZAHRA".
Alhamdulillah anakku
bisa merasakan kebahagiaan dengan lingkungan yang sangat menyayanginya.
lebih mengharukan dan menyenangkan lagi, Bu ratna tidak pernah menutupi
dan menyembunyikan siapa saya pada anakku. Sampai tumbuh dewasa, anakku
tahu kalau aku ibu kandungnya. Namun anakku lebih bisa tahu diri,
kecerdasan yang dimiliki anakku sangat membantu keluarga Bu Ratna dan
Pak Edi sehari-hari. Bahkan Anak kandungnya sangat menyambut hangat
dengan kehadiran anakku yang di besarkan dan dibiayai oleh orangtuanya.
Maha besar Allah dengan semua anugerahnya. Kini akupun tidak lagi
sebagai tukang cuci keliling kampung. Pak Edi dan Bu ratna membukakan
aku sebuah Grosir dan Warung nasi untuk usahaku. Grosirku sangat maju
dan laris, alhamdulillah atas rejeki dari Allah swt yang diberikan
melalui Keluarga Ibu Ratna dan Pak Edi saya mampu menghidupi diri
sendiri dan anak saya. walaupun 100% anakku dibiayai oleh Pak Edi, namun
aku masih berkewajiban menafkahi anakku. Usahaku sangat lancar, bahkan
aku bisa membeli tanah dan kendaraan dari uang ku, tanpa melupakan jasa
keluarga Pak Edi Tentunya.
Terimakasih Ya Allah... Kehidupanku kini berangsur lebih baik, doa setiap malamku telah Engkau kabulkan.
~ KISAH HIDUP PENUH PERJUANGAN, inspirasi penulisan by ILIS SOLEHAH ~
Ket: Nama tokoh sebenarnya dirahasiakan ...
(♥ Subhanallah & Semoga Bermanfaat ♥)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar