♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥
Oleh: Syahruddin El-Fikri
Konon, sebelum sampai di Pulau Bermuda atau tinggal di daerah Segitiga
Bermuda ini, dajjal dahulunya tinggal di sebuah pulau di laut Yaman.
Awalnya, ia lahir di sebuah keluarga penyembah berhala di zaman setelah
Sam bin Nuh. Ia dilahirkan di daerah sekitar Palestina di dekat daerah
Sodom dan Gomorah (umat kaum Luth) dalam keadaan cacat di matanya.
Sejak kecil, si anak (dajjal) ini suka menyusahkan orang tuanya. Tidur
selama sekitar empat tahun lamanya dan tidak bisa berjalan. Suatu hari,
di tengah lelapnya tidur, si anak terbangun dan mendatangi berhala
sesembahan kedua orang tuanya dan tidur lagi di pangkuan berhala itu.
Saat itulah orang tuanya mengumumkan kalau anaknya itu merupakan anak
Tuhan.
Orang-orang yang sebelumnya mendengar bahwa anaknya itu
tidak bisa berjalan, spontan menertawakan dan mencemoohnya. Sebagian
lainnya, ada yang mengambil air berkah.
Oleh banyak orang, si
orang tua di laporkan ke hakim dan diputuskan keduanya harus berpisah
dengan anaknya. Anaknya ditahan di pengadilan atau istana sedangkan
orang tua di bagian lain penjara. Namun, saat terjadi azab kepada
penduduk Sodom dan Gomorah, anak ini diselamatkan oleh Malaikat Jibril
ke sebuah pulau yang tidak berpenghuni di laut Yaman. Jarak laut Yaman
ini membutuhkan perjalanan yang sangat lama dan jika ingin ke pulau
tersebut harus melewati terjangan ombak dahsyat. Jika tak hati-hati maka
akan tenggelam. Selama di pulau itu, Jibril menugaskan seekor binatang
yang badannya dipenuhi bulu lebat untuk merawat dan membantu si manusia
cacat itu.
Singkat cerita, ketika sudah semakin besar, ia
memutuskan keluar dari pulau itu dan mengembara ke mana saja. Sampai
suatu ketika ia bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa.
Dalam pertemuannya dengan Nabi Musa, ia awalnya menjadi pengikutnya.
Namun, di balik pertemuan itu ia memiliki maksud jahat. Karena
kekagumannya pada Musa, ia menggunakan nama Musa. Namun, untuk
membedakan ia dengan Musa dari Mesir (Nabi Musa--Red), maka ia memakai
nama Musa Samiri alias Musa dari Samirah, tempat lahirnya sewaktu masih
di Palestina.
Karena perbuatannya mengajak Bani Israil membuat
patung anak lembu maka Musa AS lalu mengusir Samiri. (Lihat QS Thaha
[20]: 97). Ke mana perginya Samiri (dajjal) ini setelah diusir Musa,
tidak ada keterangan lanjutan.
Muhammad Isa Daud menyebutkan,
sejak diusir itu, Samiri mengembara lagi ke berbagai tempat. Ia terus
belajar mengenai sikap umat manusia dan mencari celah untuk
menjerumuskannya.
Dan beberapa saat sebelum kelahiran
Rasulullah SAW, dajjal kembali ke pulau tempat ia dibesarkan oleh seekor
makhluk berbulu tebal tersebut. Saat mendarat itulah, oleh makhluk
tersebut, dajjal disuruh berjalan ke bagian dalam gua. Saat membelakangi
dinding gua itulah, dajjal kemudian terpasung. Makhluk tersebut
menyatakan, ikatan itu hanya akan bisa lepas, saat waktunya telah tiba.
Dalam penuturan Isa Daud, dajjal terpasung selama lebih kurang 63 tahun.
Sama dengan usia Rasulullah SAW.
Setelah bebas, dajjal kembali
mengembara. Puncaknya, ia pergi ke Segitiga Bermuda dan akhirnya
bertemu dengan setan. Ia sangat diagungkan oleh setan dan keduanya
membuat perjanjian bersama untuk menghancurkan umat manusia dan
memalingkannya dari menyembah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan keterangan Muhammad Isa Daud, hingga hari ini dajjal masih
hidup. Kendati usianya sudah lebih dari 4.000 tahun, tetapi fisiknya
masih tetap muda dan tak ada yang bisa menandingi kekuatannya hingga
turunnya Isa Al-Masih, putra Maryam, yang akan membunuhnya. Usianya itu
bila dikonversikan dengan Nabi Ibrahim AS, sebagaimana pendapat Sami bin
Abdullah Al-Maghluts, bahwa Nabi Ibrahim hidup pada tahun 1997-1822 SM.
Panjangnya usia dajjal ini, karena ia merupakan satu dari tiga orang
yang muntazhar (ditangguhkan) atau dipanjangkan umurnya, yakni setan,
Nabi Isa AS, dan dajjal. Dan hanya Nabi Isa AS yang mampu mengalahkan
dan membunuh dajjal.
Wa Allahu A'lam. | sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar