Sholehah adalah idaman bagi setiap laki-laki. sholehah secara bahasa
berarti layak dan pantas. dan istri sholehah adalah istri yang memiliki
kepribadian layak sebagai seorang istri. kelayakan kepribadian
tersebut dinilai dari sisi agama karena Islam telah memberitakan
tentang ciri-ciri istri sholehah/idaman dalam banyak ayat-ayat Al-Qur'an
dan Hadist Nabi.
Dan menjadi pribadi istri sholehah juga
diidam-idamkan oleh kebanyakan wanita, baik yang telah menjadi istri
atau yang belum. karena secara naluri, setiap orang selalu berusaha
menjadi lebih baik dari apa yang pernah dia raih sebelumnya.
Jika anda seorang wanita yang ingin menyempurnakan kepribadian sehingga
menjadi seorang istri yang sholehah, atau seorang laki-laki yang ingin
memiliki seorang istri yang sholehah. perhatikan hadist berikut :
خير النِّسَاء امْرَأَة نظرت إِلَيْهَا سرتك وَإِذا أَمَرتهَا أَطَاعَتك وَإِذا غبت عَنْهَا حفظتك فِي نَفسهَا وَمَالك
Artinya : "Sebaik-baik wanita (istri) adalah yang ketika engkau
memandangnya akan membuatmu bahagia. dan jika diperintah, dia akan
mentaatimu. dan jika engkau tidak bersamanya, dia akan menjagamu dalam
dirinya dan menjaga apa-apa yang engkau miliki." (HR Abu Daud, Al-Hakim
dan Al-Baihaqi)
Sifat istri shalihah bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari
maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku
beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni
surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali
kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya
dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak
dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no.
257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani
rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3. Tidak memberikan Kemaluan nya kecuali kepada suaminya.
Al Quran :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. (an-Nuur: 2-3).
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk,” (al-Israa’: 32)
“Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan
tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya
dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam
keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69).
“Hai Nabi, apabila
datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji
setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya
Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12).
HADIST :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada
hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan
bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang
pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah saw. bersabda,
“Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan
mukmin,”
Masih diriwayatkan darinya dari Nabi saw. beliau
bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan
dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka
kembalilah keimanan itu kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4690]).
Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian
tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah
mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda,
“Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu
lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,” (Shahih, HR
Bukhari dalam Adabul Mufrad [103]).
4. Menjaga rahasia-rahasia
suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan
suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah
berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum
lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang
diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali
ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama
suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma)
pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para
istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian
lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu
dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia
menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam
Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang
menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
5.
Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga
bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang
sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang
bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya
dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no.
1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih
3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
6. Ketika
suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak
menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat
menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti
puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa
(sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan
izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
7.
Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan
kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan
penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada
beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka
mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya.
Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di
antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu
(yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah
melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim
no. 907)
8. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi
hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi
tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat
tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka
terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
9. Melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi
seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada
sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah.
Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila
dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
10. Amanah. Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi
seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau
kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta
menjaga kehormatan
dirinya dan hartamu …” (HR Hakim).
11,
istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir
dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ”Di antara tanda
kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis
kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh
di dalam
hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21).
Demikianlah Istri shaleha itu menurut Kitab Suci Al Quran dan Hadis2 sahih….Semoga Sahabat STA termasuk di dalam nya….
(♥ Subhanallah & Semoga Bermanfaat ♥)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar