♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥
Alhamdulillah, segala puji
bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Pada malam ini, Senin (4/6/2012) atau Selasa 15 Rajab 1433 H, Insya
Allah akan terjadi gerhana bulan cincin. Gerhana ini dapat disaksikan di
seluruh wilayah di Tanah Air, walaupun terjadi perbedaan terlihatnya
proses gerhana. Karenanya, kaum muslimin yang menyaksikan gerhana
tersebut disyariatkan untuk mengerjakan shalat khusuf. Kaifiyahnya,
memiliki sedikit perbedaan dari shalat pada umumnya. Karenanya perlu
kami suguhkan lagi tulisan berkaitan dengan tata cara shalat gerhana
ini. [Silahkan Baca: Nanti Malam Ada Gerhana, Perbanyak Doa, Istighfar
dan Sedekah!!]
Sebagaimana kita mengetahui bahwa gerhana
matahari dan bulan merupakan fenomena alam yang tidak seperti biasanya,
maka Allah Ta’ala mensyariatkan atas kita melalui lisan Nabi-Nya
Shallallahu Alaihi Wasallam untuk melaksanakan shalat gerhana. Pada
gerhana matahari biasanya disebut dengan shalat kusuf, sedangkan pada
gerhana bulan dengan shalat khusuf. Namun terkadang kedua nama tersebut
memiliki arti yang sama. Artinya kusuf bisa digunakan untuk gerhana
matahari dan bulan, begitu juga khusuf.
Tidak ada perselisihan
di antara ulama, shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang
masyhur dari pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali
berdiri, dua kali bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah
pendapat Imam Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.
Argument mereka sebagai berikut:
Pertama: Hadits Ibnu Abbas
Radhiyallahu 'Anhuma, ia mengatakan: "Terjadi gerhana matahari pada
zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu beliau shalat dan
orang-orang mengikuti shalat beliau. Kemudian beliau berdiri dalam waktu
yang sangat panjang sepanjang sekitar bacaan surat Al-Baqarah. Kemudian
beliau ruku' dengan ruku' yang sangat panjang. Kemudian beliau berdiri
cukup panjang, namun lebih pendek dari yang pertama. Kemudian beliau
ruku' dengan ruku' yang cukup panjang, namun lebih pendek daripada ruku'
yang pertama." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua: Hadits Aisyah
Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
mengerjakan shalat pada saat terjadi gerhana matahari. Kemudian beliau
berdiri lalu bertakbir, lantas membaca bacaan yang sangat panjang.
Kemudian ruku' dengan ruku' yang sangat panjang, kemudian mengangkat
kepalanya sambil berucap, SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH. Beliau tetap
berdiri seperti itu, kemudian membaca bacaan yang sangat panjang, tetapi
lebih pendek dibandingkan bacaan yang pertama. Kemudian beliau ruku'
dengan ruku' yang sangat panjang, tetapi tidak sepanjang ruku' yang
pertama. Kemudian beliau sujud dengan sujud yang panjang. Beliau
melakukan itu pada rakaat kedua, kemudian mengucapkan salam." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ketiga: Hadits jabir Radhiyallahu 'Anhu, ia
berkata: "Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada hari yang sangat panas. Kemudian
beliau shalat bersama para sahabatnya dengan memperpanjang berdiri
hingga membuat mereka jatuh tersungkur. Kemudian beliau ruku' dengan
panjang, lalu mengangkat kepalanya dan berdiri dengan masa yang panjang.
Kemudian beliau ruku' kembali dengan ruku' yang panjang. Kemudian
beliau sujud dua kali, lalu berdiri kembali. Beliau mengulanginya
seperti rakaat pertama. Jadi shalat tersebut, empat kali ruku' dan empat
kali sujud." (HR. Muslim, Abu Dawud, al-Nasai, dan Ahmad)
Jadi dapat diringkas dari tata cara pelaksanaan shalat gerhana sebagai berikut:
1) Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
2) Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
3) Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
4) Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan
surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
5) Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
6) Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
7) Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
8) Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi.
Catatan:
* Disunnahkan pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada azan atau
iqomah sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
Dari
Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa telah terjadi gerhana matahari di
zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu beliau mengutus
seorang untuk menyeru “Al-Shalatul Jami'ah,” maka mereka berkumpul dan
beliau maju bertakbir dan shalat dua rakaat dengan empat ruku' dan empat
sujud." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia
mengatakan: "Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam, diserukan “Al-Shalatul Jami'ah”. (HR.
Al-Bukhari)
* Disunnahkan Imam untuk memberikan nasihat kepada
manusia dengan berkhutbah setelah shalat, memperingatkan mereka agar
tidak lalai dan memerintahkan mereka supaya memperbanyak doa, istighfar,
dan amal shalih. Hal ini didasarkan pada hadits 'Aisyah Radhiyallahu
'Anha, "Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah selesai dari
shalat, beliau berdiri dan berkhutbah kepada jama'ah. Beliau memuji
Allah dan menyanjungnya. Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ
مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ
عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ
تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian
seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian
melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan
bersedekahlah. Kemudian beliau bersabda: Wahai Umat Muhammad, demi
allah, tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu daripada Allah. (Dia
cemburu) hamba sahaya laki-laki dan hamba sahaya perampuan-Nya berzina.
Wahai umat Muhammad, demi Allah kalau saja kalian tahu apa yang aku
ketahui niscaya kalian sedikti tertawa dan banyak menangis." (HR.
Al-Bukhari)
Maknanya, tidak ada yang lebih banyak mencela
perbautan keji (zina) daripada Allah Ta'ala. Yang ini mengindikasikan,
bahwa Allah akan menghukum pelaku zina di dunia dan akhirat, atau di
salah satunya. Ini memiliki korelasi dengan perintah untuk memperbanyak
istighfar, zikir, doa, shalat dan shadaqah, karena maksiat adalah sebab
utama datangnya bala' dan musibah, dan maksiat yang paling hina adalah
berzina.
(Diringkaskan dari ketarangan Ibnul Hajar dalam Fath al-Baari, Bab Shadaqah fi al-Kusuf). Wallahu Ta'ala A'lam.
( ♥ Semoga Bermanfaat ♥)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar