♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS al-Isra’
[17]: 1).
Mahasuci Allah adalah sebuah kalimat
tauhid. Allah Mahasuci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Suci
dari meninggalkan hamba yang dikasihi-Nya berada dalam kesedihan dan
kesendirian ketika ditinggal oleh orang-orang yang dicintai dan menopang
dakwahnya. Suci dari tidak kuasa mengadakan kejadian luar biasa, yang
orang-orang berakal pun tidak bisa menerimanya.
Peristiwa Isra
dan Mi’raj yang berlangsung lailan (pada sepotong, bukan sepanjang
malam) adalah salah satu hal yang luar biasa. Luar biasa, sehingga kita
pun perlu mengucapkan subhanallah seperti ayat di atas agar tidak
terlena dengan keluar-biasaannya (kemahabesaran) dan kekuasaan Allah
SWT.
Mengalami peristiwa ini adalah suatu kemuliaan yang besar.
Dan, kemuliaan hanya diberikan kepada orang yang mulia. Beliaulah
Rasulullah SAW. Karena itu, saat yang paling mulia bagi Rasulullah SAW
adalah ketika sedang menjalani Isra dan Mi’raj.
Bukan ketika
beliau berhijrah ke Madinah atau saat beliau menaklukkan Kota Mekkah.
Karena, saat Isra dan Mi’raj, sekali-kalinya Allah SWT berfirman kepada
beliau tanpa perantara Malaikat Jibril RA.
Namun, yang membuat
kita bertanya-tanya, mengapa ketika berada dalam kondisi yang paling
mulia ini, beliau disebut dengan hamba-Nya? Seperti tertulis nyata
dalam surah al-Isra [17]: 1. Mengapa beliau tidak disebut dengan
rasul-Nya, nabi-Nya, kekasih-Nya, atau Muhammad saja?
Kesimpulan para ulama, ayat ini menunjukkan bahwa kondisi paling mulia
yang dicapai manusia adalah ketika dia bisa merealisasikan dirinya
sebagai hamba Allah SWT. Saat itulah Allah SWT rida kepadanya.
Lalu, bagaimana seseorang bisa menjadi hamba Allah SWT yang sebenarnya?
Menjadi hamba Allah SWT adalah meyakini bahwa Allah adalah penciptanya
yang berkuasa atas segala sesuatu. Sedangkan dia adalah hamba yang
lemah, tiada daya dan upaya, menerima segala keputusan Allah SWT dengan
penuh kerelaan.
Ketika memperjalankan hamba-Nya dengan
peristiwa Isra, Allah SWT membuka kesempatan yang sama kepada seluruh
manusia untuk bisa mencapai derajat kemuliaan. Karena, seluruh manusia
sama-sama bisa menjadi hamba Allah SWT.
Berbeda seandainya yang
diperjalankan adalah seorang nabi, tidak semua orang bisa menjadi nabi;
atau seorang kaya, tidak semua orang bisa menjadi orang kaya; atau
ulama, tidak semua orang bisa menjadi ulama; atau keturunan nabi, tidak
semua orang lahir sebagai keturunan nabi.
Demikianlah
karakteristik Islam, yang tidak menjadikan kemuliaan monopoli bagi
golongan tertentu. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk membanggakan
nasabnya, karena Allah SWT tidak menilainya berdasar nasab.
Tidak ada alasan bagi seseorang untuk membanggakan ilmu dan hartanya,
karena ilmu dan harta adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan.
Hendaknya bersyukur ketika semua itu membuatnya menjadi hamba Allah SWT
yang sebenarnya.
(♥ Subhanallah & Semoga Bermanfaat ♥)
The Casino That Beats the Money - DrmCD
BalasHapusWhat the 구미 출장샵 money is worth is what you get at 의왕 출장안마 this casino? · The casino offers 대구광역 출장마사지 over 100 slots and table games, and has a massive 강원도 출장안마 gambling 경주 출장안마 jackpot prize pool. · The